Saturday, December 15, 2012




6 Serangan balik Jokowi dan Ahok hadapi kritikan


1. Tak gubris saran Bang Yos

Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso (Bang Yos) dua hari lalu menyarankan agar Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) untuk berhenti turun ke lapangan atau blusukan ke kampung-kampung Jakarta. Menurut Bang Yos, blusukan selama satu bulan yang dilakukan oleh Jokowi sudah cukup untuk mengetahui persoalan Jakarta.

Mendengar saran dari seniornya ini, tampaknya Jokowi tak menghiraukannya. Jokowi mengatakan, akan tetap blusukan ke kampung-kampung Jakarta.

"Kalau saya lima tahun mau blusukan terus, ke kempung terus. Banyak aspirasi dari bawah terus saya harus banyak di lapangan," kata Jokowi di Balai Kota Jakarta, Senin (19/11).

Jokowi menegaskan, setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan berbeda. "Setiap gubernur punya gaya sendiri kalau saya gaya blusukan," ujarnya.

Dengan blusukan atau turun ke lapangan, Jokowi mengaku bisa menyerap aspirasi dari bawah. Dari lapangan, dia mengetahui dan bisa mencari solusi.

"Blusukan kan tidak harus ke kampung-kampung saja bisa saja di rumah sakit di kelurahan apakah pelayanan baik atau belum, ini adalah bentuk manajemen, kalau manajemen perencanaan sudah digarap," ujarnya.

2. Ahok sindir Bang Yos

Bang Yos juga mengkritik keras gebrakan yang dilakukan oleh Jokowi dan Ahok. Bang Yos meminta kepada Jokowi agar berhenti blusukan, sementara Ahok diminta untuk tidak galak kepada kepala dinas.

Menanggapi kritik keras dari Bang Yos, Ahok menjawab dengan sindiran. "Saya kira, kami baru bekerja selama satu bulan. Kalau kami blusukan, ya itu kan gaya kerja masing-masing pemimpin pasti berbeda lah," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (19/11).

Ahok justru menyindir balik Bang Yos. Menurutnya, Bang Yos waktu itu tidak dipilih oleh rakyat secara langsung.

"Makanya dulu enggak perlu blusukan ke kampung warga, cuma perlu ke DPRD saja," ujarnya.

Menurut Ahok, sistemnya saat ini berbeda. Gubernur dan Wakil Gubernur dipilih langsung oleh rakyat.

"Kalau sekarangkan dipilih langsung, jadi beda dong. Era Bang Yos bukan pemilihan langsung. Kalau sekarang kan gubernur dipilih langsung oleh rakyat. Jadi masih wajar lah Pak Gubernur blusukan ke kampung-kampung," ujarnya.

3. Soal banjir dan macet

Jokowi juga mulai dikritik soal penanganan banjir. Apalagi bulan ini hujan kerap kali mengguyur wilayah Jakarta. Akibatnya, sejak dua hari lalu sering terjadi genangan air di mana-mana.

Jokowi pun mendengar kritikan itu. Jokowi menyebut banjir tidak bisa diatasi dalam tempo singkat. Mengatasi banjir perlu proses yang panjang tidak seperti membalikkan telapak tangan.

"Itu perlu proses yang namanya banjir, macet. Jadi jangan mengharapkan kaya Dewa tinggal membalikkan tangan lalu masalah selesai. Dewa aja belum bisa kok," tegas Jokowi di Balai Kota, Senin (19/11)

Namun, menurut Jokowi, bukan berarti tidak ada tindakan mengatasi banjir. Dalam jangka pendek yang bisa dilakukan adalah kerja bakti mengeruk selokan maupun kali kecil di perkampungan. Sementara untuk jangka panjang, ada pembangunan Kanal Banji Timur, Cengkareng Drain begitu juga pengerukan Kali Pesanggrahan. "Membelokkan air yang ada di atas ke waduk yang di Ciawi, itu proses panjang," ujar Jokowi.

4. Pencitraan

Politikus Demokrat Ruhut Sitompul pernah menyindir Jokowi hanya melakukan pencitraan blusukan ke lapangan. Jokowi pun menangkis tudingan Ruhut tersebut.

"Loh yang pencitraan itu siapa? kalau pencitraan itu kan media saya ajak, lah ini kan media yang ngikutin saya," kata Jokowi di Hotel Novotel, Gajahmada, Jakarta Barat, Rabu (24/10).

Jokowi mengaku lebih senang berada di lapangan. Dia merasa banyak masalah yang bisa dipecahkan dengan turun langsung ke lapangan. "Suka-suka saya, lha wong saya sukanya di lapangan." ujar Jokowi.

5. Gebrakan bulan November

Karena dituding sering melakukan pencitraan, Jokowi pernah mengatakan akan membuat gebrakan pada bulan November.

"Realisasinya, kita lihat saja nanti pertengahan November akan terlihat," ujar Jokowi di Hotel Novotel, Gajahmada Jakarta Barat, Rabu (24/10).

Sejauh ini, Jokowi telah meluncurkan Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan akan meluncurkan Kartu Jakarta Pintar (KJP). KJS sudah diluncurkan pada pertengahan bulan ini, sedangkan KJP akhir bulan ini.
"Biar masyarakat yang menilai kalau ada realitas apakah itu pencitraan atau bukan," tutup Jokowi.

6. Hibah kopaja

Wakil Ketua DPRD Jakarta Triwisaksana pernah mengkritik keras rencana Jokowi yang akan memberikan hibah kopaja dan peremajaan angkutan. Menurut dia, kebijakan itu tidak ada dasar hukumnya.

Menanggapi kritikan itu, Ahok pun menjelaskan secara gamblang perihal rencana itu. Menurutnya, pengertian hibah bukan sebatas memberikan secara cuma-cuma.

"Ya bukan hibah, namanya kerjasama. Kerjasama pengoperasian, jadi harga lebih murah. Bisnis saja," kata Ahok di kantor Pemprov DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan Jakarta, Jumat (19/10).

Menurut Ahok, ide hibah tersebut muncul setelah melihat kondisi angkot di Jakarta yang memprihatinkan. Jauh dari standar angkutan. Di sisi lain, para pemilik angkot terkendala soal dana untuk peremajaan.

Sedangkan untuk bentuk kerjasama, Ahok mengatakan banyak mekanisme pembayaran yang bisa diterapkan. Seperti mekanisme perjanjian dengan bus Transjakarta. "Kalau kami yang beli, bayar per kilometer lebih murah," lanjutnya.

Sehingga dengan berbagai rancangan progres moda transportasi alternatif, diharapkan dua tahun ke depan, persoalan kemacetan Jakarta sudah bisa terurai.

"Pak Gubernur sudah instruksikan nambah bus yang seribu, termasuk yang menghibahkan bus baru kepada pengusaha angkutan Kopami Kopaja. Nanti diharapkan kalau bus rapid transit sudah dioperasikan dua tahun maka kemacetan akan cukup terurai," kata Ahok.


 http://www.merdeka.com




Categories:

0 comments:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!